Daerah

Wanita Pemecah Batu Bertahan Di Tengah Pandemi Covid -19

BeritaNasional.ID.Polman.Sulbar —Ditengah himpitan ekonomi dimasa Pandemi Covid-19, berbagai upaya dilakukan untuk mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Lena , Ibu dari 2 anak harus berjuang sebagai pemecah Batu  demi memenuhi kebutuhan rumah tangga, pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh seorang pria harus dilaluinya dengan menggeluti profesi sebagai buruh pemecah batu.

Ibu Lena, warga Sarurang, Kelurahan Darma, Kabupaten Polewali Mandar mampu bertahan dengan memilih pekerjaan berat tersebut.

Bekerja seharian sebagai pemecah batu disalah satu tambang untuk menambah penghasilan keluarganya, dalam memenuhi biaya kebutuhan hidup sehari-harinya.

Pekerjaan sebagai pemecah Batu terpaksa harus ibu Lena lakukan karena sang suami merantau ke Jakarta dan tak dapat kembali karena Pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir .

Penghasilan sang suami yang hanya pas-pasan untuk kebutuhan hidupnya sendiri di perantauan, membuat ibu Lena ikut berjuang untuk menghidupi kedua buah hatinya yang masih kecil. Terlebih, pemerintah tengah berlakukan PPKM Darurat di Jakarta.

Bekerja sebagai pemecah batu, Ibu Lena telah menggelutinya sudah sejak adanya wabah pandemi Covid-19. Menjadi petani penggarap pun tak bisa dilakukan sebab tak memiliki lahan. Namun, upaya ditengah terik matahari itu tidak menjadi penghalang baginya melakoni pekerjaan berat tersebut. Tiap harinya,

Ibu Lina memecahkan batu berukuran besar dengan menggunakan linggis, hingga mengangkat martil seberat 5-10 Kg. Hal itu tak dipersoalkan demi menghidupi keluarganya.

Ditangannya terdapat luka goresan yang didapatkannya dari gesekan kulit dengan alat pemecah batu. Sarung tangan yang Lena pakai pun hanya sebatas meringankan luka ditangannya agar tak semakin parah.

Saat proses pemecahan batu, Ibu Lena terlebih dulu harus mengeluarkan biaya untuk membeli ban bekas. Ban bekas yang dibeli, digunakan untuk membakar batu agar memudahkan dirinya memecahkan batu.

Aktivitas itu tak hanya dilakukan Ibu Lena seorang diri, tapi ada beberapa perempuan lainnya yang menggeluti profesi sebagai pemecah batu tersebut. Di kawasan tambang, terdapat juga beberapa Ibu-ibu yang menggeluti profesi sebagai tukang pemecah batu, dengan alasan yang sama.

“Pekerjaan ini pak sudah biasa kami lakukan mau apalagi ditengah himpitan ekonomi ini menuntut saya harus banting tulang menghidupi anak-anak saya apalagi ada yang masih sekolah. Penghasilan suami yang ada di rantau sana tidak bisa diandalkan, sebab disana diberlakukan pembatasan pergerakan manusia sehingga suami kerja tidak kerja. Maka untuk tetap membuat dapur berasap saya harus menggeluti pekerjaan ini meskipun keras,”ungkap Lena yang ditemui di Lokasi Tambang. Sabtu 17 Juli

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button